Senin, 14 November 2016

CONTOH MAKALAH "PEMANASAN GLOBAL"

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat ulah manusia.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan perubahan yang lain, seperti naiknya permukaan laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah pola prespitasi. Selain itu pemanasan global akan berpengaruh terhadap hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Berdasarkan latar belakang diatas saya selaku penulis tertarik untuk menuliskan sebuah makalah atau tulisan bersifat deskriptif melalui penjabaran mengenai dampak dari efek rumah kaca serta aktivitas yang menyebabkan adanya gas-gas rumah kaca melalui sebuah makalah yang berjudul “Pemanasan Global”.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud pemanasan global?
2.      Apa saja penyebab terjadinya pemanasan global?
3.      Apa saja dampak dari pemanasan global?
4.      Bagaimana cara mengatasi pemanasan global?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari pemanasan global.
2.      Mengetahui penyebab terjadinya pemanasan global.
3.      Mengetahui dampak dari pemanasan global.
4.      Mengetahui cara-cara mengatasi pemanasan global.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemanasan Global
            Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di bumi yang disebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyelimuti bumi. 
           Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat antara  2-5. IPCC menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.” Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju terhadap beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punah nya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2.2  Penyebab Terjadinya Pemanasan Global
            Pemanasan global dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1.      Efek Rumah Kaca
Pada dasarnya efek rumah kaca telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk melindungi manusia. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup, karena tanpanya makhluk hidup tidak akan dapat bertahan di bumi. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Berikut adalah faktor-faktor penyebab gas-gas rumah kaca yang berlebihan di udara:
a.       Transportasi
Di kota-kota besar terdapat banyak sarana transportasi. Semakin banyak sarana transportasi akan menyebabkan lalu lintas semakin padat. Semakin padat lalu lintas akan menyebabkan tingkat polusi semakin tinggi pula. Polusi-polusi tersebut mengandung gas-gas seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, hidrokarbon dan partikel-partikel beracun lainnya. Gas-gas tersebut jika bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan gas rumah kaca. Sebagai contoh, gas CO berubah menjadi COjika bertemu oksigen di atmosfer.
b.      Industri
Aktivitas Industri banyak melibatkan penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar untuk kegiatan industri. Aktivitas industri yang melibatkan pemakaian bahan bakar fosil akan menaikkan konsentrasi gas CO2 di atmosfer sehingga menambah emisi gas rumah kaca. Selain itu, aktivitas industri yang melibatkan penggunaan senyawa CFC (Chloro Fluoro Carbon) juga berpotensi menimbulkan efek rumah kaca. Penggunaan freezer, AC, cat semprot, serta hair spray banyak menggunakan senyawa CFC yang sulit terurai jika terlepas di atmosfer. Gas CFC dapat merusak lapisan pada ozon sehingga menyebabkan ozon tersebut berlubang. Lapisan ozon adalah lapisan yang melapisi bumi dan melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet dari matahari. Jika lapisan ozon rusak, maka sinar ultraviolet dapat mudah menembus masuk ke dalam bumi sehingga bumi akan bertambah panas.
c.       Penebangan Hutan
Pada tahun 2007, Indonesia ditetapkan sebagai negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di dunia. Hal itu disebabkan tindakan manusia yang terlalu berlebihan dalam menggunakan pohon pohon di hutan. Forest Watch Indonesian mencatat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2 juta hektare per tahun. Jika penebangan hutan terus dilakukan, maka akan berdampak pada siklus daur udara, dimana kadar udara CO2 akan semakin meningkat sementara kadar O2 akan semakin menurun. Hal ini disebabkan tidak adanya tanaman yang menyerap gas CO2  sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Adanya penebangan hutan harusnya diimbangi dengan penanaman hutan kembali sehingga hutan mampu menjalankan fungsinya dengan tepat.
d.      Pertanian dan Peternakan
Pertanian dan peternakan juga mempengaruhi adanya pemanasan global. Pada pertanian, terjadi pembusukan anaerob dalam tanah sehingga melepaskan gas metana. Adapun ketika panen terjadi pembusukan pada daun, batang, serta bagian lainnya yang akan menghasilkan gas metana lebih tinggi dibandingkan sebelum ditanam. Selain itu, pupuk dengan kandungan nitrogen yang sering digunakan dalam pertanian juga memiliki kandungan metana. Adapun sektor peternakan menghasilkan emisi karbon yang turut serta dalam pembentukan efek rumah kaca sehingga mempengaruhi pemanasan global.
2.      Efek umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke empat. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3.      Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer . Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.mAda beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900 - 2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca . Pada tahun 2006 , sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
2.3 Dampak Pemanasan Global
Para ilmuwan ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa dampak yang disebabkan oleh pemanasan global:
1.      Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
2.      Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inci) pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades, Florida.
3.      Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.      Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5.      Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eqaedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (c limate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/ kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu) Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global
          Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
1.      Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara.
2.      Mengurangi Gas Rumah Kaca
Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa kesepakatan antar negara demi kebaikan seluruh manusia di muka bumi. Adapun beberapa kesepakatan tersebut diantaranya adalah:
a.       Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Intergovernmental Panel on Climate Change merupakan suatu organisasi dunia yang didirikan pada tahun 1988. Anggotanya terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC juga disebut sebagai Dewan Iklim PBB. IPCC terdiri atas 195 anggota negara dunia serta ribuan ilmuwan pakar internasional dengan tugas menganalisis perubahan iklim di bumi dan menyarankan tindakan penanggulangan. IPCC bertugas untuk mengevaluasi resiko terjadinya perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
b.      Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah persetujuan antar negara-negara perindustrian untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara kolektif sebesar 5.2% dibandingkan dengan tahun 1990. Tujuannya yaitu mengurangi rata-rata emisi dari gas rumah kaca, diantaranya gas karbondioksida, metana, nitrous oxide, sulfur heksaflorida, HFC dan PFC
c.       Asia-Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC)
Asia-Pacific Partnership on Clean Development and Climate diresmikan pada Januari 2006 di Sydney, Australia. Kelompok ini terdiri dari 6 negara yang memiliki tingkat pencemaran emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yaitu Amerika Serikat, Australia, Jepang, China, Korea Selatan, dan India. Enam negara tersebut telah menghasilkan hampir setengah dari gas rumah kaca dunia. APPCDC mengungkapkan bahwa program nasional mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca akan membantu organisasi dari Protokol Kyoto dalam menangani pemanasan global. APPCDC juga bekerja sama dengan pihak swasta dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim dunia dengan cara mengembangkan teknologi terbaru yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
A.    Pemanasan global dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1.       Efek Rumah Kaca
2.       Variasi Matahari
3.       Efek umpan balik
B.     Dampak Pemanasan Global
1.      Iklim mulai tidak stabil
2.      Peningkatan permukaan laut
3.      Suhu global cenderung meningkat
4.      Gangguan ekologis
5.      Dampak sosial dan politik
C.     Cara Mengatasi Pemanasan Global
1.      Menghilangkan karbon
2.      Mengurangi Gas Rumah Kaca
Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa kesepakatan antar negara demi kebaikan seluruh manusia di muka bumi. Adapun beberapa kesepakatan tersebut diantaranya adalah:
d.      Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Intergovernmental Panel on Climate Change merupakan suatu organisasi dunia yang didirikan pada tahun 1988. Anggotanya terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC juga disebut sebagai Dewan Iklim PBB. IPCC terdiri atas 195 anggota negara dunia serta ribuan ilmuwan pakar internasional dengan tugas menganalisis perubahan iklim di bumi dan menyarankan tindakan penanggulangan. IPCC bertugas untuk mengevaluasi resiko terjadinya perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
e.       Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah persetujuan antar negara-negara perindustrian untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara kolektif sebesar 5.2% dibandingkan dengan tahun 1990. Tujuannya yaitu mengurangi rata-rata emisi dari gas rumah kaca, diantaranya gas karbondioksida, metana, nitrous oxide, sulfur heksaflorida, HFC dan PFC
f.        Asia-Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC)
Asia-Pacific Partnership on Clean Development and Climate diresmikan pada Januari 2006 di Sydney, Australia. Kelompok ini terdiri dari 6 negara yang memiliki tingkat pencemaran emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yaitu Amerika Serikat, Australia, Jepang, China, Korea Selatan, dan India. Enam negara tersebut telah menghasilkan hampir setengah dari gas rumah kaca dunia. APPCDC mengungkapkan bahwa program nasional mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca akan membantu organisasi dari Protokol Kyoto dalam menangani pemanasan global. APPCDC juga bekerja sama dengan pihak swasta dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim dunia dengan cara mengembangkan teknologi terbaru yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

4.        

DAFTAR RUJUKAN



LKS fisika kelas XI semester 2