1. Pengertian
APEC adalah singkatan
dari
Asia-Pacific Economic
Cooperation atau Kerjasama
Ekonomi Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun
1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan
ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di
Asia Pasifik.
Dua puluh Kepala Pemerintahan yang tergabung dalam Forum Kerja Sama
Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akan berkumpul di Nusa Dua,
Bali, mulai 7-8 Oktober 2013 pada puncak Konferensi Tingkat Tinggi di Nusa Dua,
Bali, 7-8 Oktober 2013.
“Ke 20 kepala pemerintahan ekonomi APEC dipastikan akan hadir, kecuali
Taiwan yang akan diwakili oleh mantan wakil presidennya, Vincent Siew,” kata
Direktur Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik Afrika, Kementerian Luar Negeri
Indonesia, Arto Suryodipuro, di Jakarta, Jumat (14/9/2013).
Para kepala pemerintahan itu antara lain Presiden Amerika Serikat Barack
Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Cina
Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Korea Selatan Park
Geun-hye, dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
Adapun ke 21 anggota atau ekonomi APEC adalah Amerika Serikat, Cina,
Jepang, Rusia, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Peru, Cile, Australia, Selandia
Baru, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei, Malaysia, Papua Nugini,
Cina, Hong Kong, dan Cina Taiwan atau Taipei.
APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan
ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di
Asia Pasifik.
2. Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) APEC
KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan
pertama organisasi APEC diadakan di
Canberra,
Australia pada tahun 1989.
APEC menghasilkan "Deklarasi Bogor" pada KTT
1994 di
Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan
lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara
maju paling lambat tahun
2010 dan untuk negara
berkembang selambat-lambatnya tahun
2020.
Pada tahun
1997, KTT APEC diadakan
di
Vancouver,
Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan bubuk merica
untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran
Soeharto yang menjabat sebagai presiden
Indonesia pada saat itu.
Bangkok,
Thailand. Hambali ditangkap di kota
Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat
melaksanakan serangan itu.
Pada tahun
2004,
Chili menjadi negara
Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah KTT
APIndonesia Tuan Rumah KTT APEC 2013
3. Indonesia Menjadi Tuan Rumah
KTT APEC 2013
Sebagai pemimpin dan tuan rumah APEC (
Asia-Pacific Economic Cooperation) pada 2013 ini, Indonesia
akan giat menghelat berbagai kegiatan terkait APEC. Salah satunya kegiatan
utama APEC 2013 adalah KTT ke-21 APEC 2013 yang rencananya akan diselenggarakan
di
Bali pada
5-7
Oktober 2013 .
Pada 2013 ini, tema APEC yang diusung
Indonesia adalah “Resilient Asia Pacific,
Engine of Global Growth". Tema tersebut guna menjawab tantangan
situasi dunia yang tengah berada dalam pengaruh krisis keuangan dan ekonomi
dunia. Selain itu, tema tersebut juga untuk mendukung kepentingan Indonesia
dengan membahas beberapa hal penting, yaitu: Attaining the Bogor Goals
(mewujudkan Bogor Goals), Sustainable Growth
with Equity (mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata), dan Promoting
Connectivity (memperkuat konektivitas).
Bogor Goals sendiri merupakan goal
yang dihasilkan pada APEC 1994 dimana kala itu Indonesia menjadi tuan
rumahnya. "Bogor Goals" inilah yang menjadi dasar
perdagangan bebas dan investasi di kawasan Asia-
Pasifik sebelum tahun 2010 untuk anggota
Ekonomi Maju dan sebelum tahun 2020 untuk anggota Ekonomi Berkembang. Demi
mencapai Bogor Goals, APEC melandaskan kerja sama yang dibangun pada tiga
pilar, yaitu: liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bisnis, dan
kerja sama ekonomi dan teknik (ECOTECH).
Sebagai pemimpin dan tuan rumah APEC 2013,
Indonesia akan menjadikan kesempatan ini sebagai langkah untuk memajukan peran
aktif Indonesia dalam memajukan ekonomi regional, mendorong investasi
infrastruktur, membantu dan memastikan bahwa perdagangan internasional tetap
terbuka bagi ekspor Indonesia, memperkuat kesiapsiagaan bencana, memperkuat
peran UKM dan wanita dalam kegiatan ekonomi, serta mengutamakan isu kelautan di
APEC. Tidak hanya itu saja, kesempatan ini juga digunakan Indonesia sebagai
media ampuh untuk mempromosikan potensi pariwisata, kebudayaan daerah dan
nasional.
Sebelum menuju Konferensi Tingkat Tinggi 2013
mendatang rencananya akan ada 44 pertemuan dari 26 sub-fora dan komite APEC
diantara pertemuan tersebut. Indonesia juga akan menjadi tuang rumah untuk
kegiatan pertemuan-pertemuan Anti-Corruption and Transparency Working Group
(ACTWG), Policy Partnership on Food Security (PPFS), dan Counter-Terrorism
Task Force (CTTF) yang akan berlansung selama tahun 2013 ini. Untuk
mengawali tombak kepemimpinan Indonesia pada 25 Januari hingga 7 Februari 2013
lalu, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan First Senior Officials Meeting
(SOM 1).
Asia-Pacific Economic Cooperation
(APEC) merupakan forum kerja sama ekonomi Lingkar Pasifik yang didirikan di
Canberra, Australia pada 1989. APEC saat ini beranggotakan 21 Ekonomi, yaitu:
Australia, Brunei Darussalam, Kanada, ChiIi, China, Hong Kong-China, Indonesia,
Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Filipina, Papua
New Guinea, Rusia, Singapura, Thailand, China Taipei, Amerika Serikat, dan
Vietnam.
4. Indonesia Tetapkan 3 Skala Prioritas dalam KTT APEC 2013
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyebutkan Indonesia menetapkan tiga prioritas dalam
Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (KTT APEC) 2013 di
Nusa Dua Bali.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato pembukaan KTT APEC di Bali
(6/10).
06.10.2013
DENPASAR, BALI — Dalam pidatonya saat membuka APEC CEO Summit atau
Pertemuan CEO APEC di Nusa Dua Bali, Minggu pagi (6/10), Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyampaikan tiga prioritas yang ditetapkan pemerintah
Indonesia.
Prioritas pertama menurut Presiden SBY adalah mewujudkan
pencapaian Deklarasi Bogor. Dalam mengimplementasikan Deklarasi Bogor,
negara-negara APEC telah meraih kemajuan yang pesat, yakni mengurangi tarif dari
16,9 persen di tahun 1989 menjadi 5,7 persen di 2011. Transportasi yang buruk
dan prosedur bea cukai yang panjang masih menjadi tantangan pada perdagangan.
5.
Tujuh kesepakatan KTT APEC di BALI
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC) mencapai puncaknya
pada Selasa (8/10). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan tujuh hal
yang menjadi sorotan dalam pertemuan tingkat tinggi 21 pimpinan negara anggota
APEC.
Pertama, para pimpinan (leaders) negara anggota sepakat untuk melipatgandakan
upaya untuk mencapai Bogor Goals pada 2020. Pimpinan berbagi pandangan bahwa
semua ekonomi APEC harus memperoleh hasil dari kerja sama APEC.
Kedua, APEC sepakat untuk meningkatkan perdagangan intra APEC atau perdagangan
intra daerah, melalui fasilitasi perdagangan, pembangunan kapasitas, dan fungsi
sistem perdagangan multilateral. Referensi perdagangan multilateral merupakan
pengakuan bahwa meskipun promosi,seperti kerjasama perdagangan intra APEC
membawa manfaat konkrit untuk ekonomi APEC, keberhasilan rezim multilateral
masih sangat kritis.
“Dalam hal ini, kami telah menyepakati deklarasi yang mendukung sistem
perdagangan multilateral. Kami juga sepakat untuk memastikan keberhasilan
pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
kesembilan pada Desember 2013 nanti di Bali,”
ujar Presiden Yudhoyono dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Selasa (8/10).
Ketiga, anggota APEC sepakat untuk mempercepat pembangunan fisik,
institusional, dan konektivitas people to people.
Dalam hal ini, lanskap strategis dan konektivitas akan menciptakan lebih banyak
pekerjaan dan menjamin keamanan kerja.
Presiden Yudhoyono menyoroti bahwa konektivitas dapat membantu mengurangi biaya
produksi dan transportasi, memperkuat rantai pasokan regional, dan meningkatkan
iklim usaha di daerah. Pada saat yang sama, pembangunan infrastruktur dan
konektivitas akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menjamin keamanan
kerja.
Keempat, anggota APEC mengeaskan kembali komitmennya untuk mencapai kekuatan
yang seimbang, dalam hal pertumbuhan global, berkelanjutan dan inklusif. Dalam
proses ini,anggota APEC sepakat untuk memfasilitasi partisipasi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), dan wirausahawanperempuan. “UMKM adalah tulang
punggung perekonomian kita,” ujar Presiden Yudhoyono.
Kelima, mengingat keterbatasan sumber daya. Anggota APEC bersepakat untuk
bekerja sama meningkatkan pangan regional, energi, dansumber daya air. Upaya
ini ditujukan untuk menanggapi tantangan pertumbuhan penduduk dan dampak
negative perubahan iklim.Pada KTT di Bali ini, anggota-anggota APEC mulai
melihat masalah ini secara holistic.
Keenam, anggota APEC sepakat untuk memastikan sinergi APEC dan saling
melengkapi dalamhal kerja sama multilateral dan regional lainnya, misalnya KTT
Asia Timur dan G20. Hal ini penting, kata Presiden Yudhoyono, untuk menciptakan
arsitektur kemitraan ekonomi.
Ketujuh, anggota APEC sepakat untuk bekerja sama erat dengan sektor bisnis
melalui APEC Business Advisory Council (ABAC) untuk mencapai tujuan perdagangan
bebas dan terbuka, serta investasi. Kolaborasi yang kian dekat akan
menghasilkan situasi yang win-win, terutama pada saat ekonomi globalbelum
sepenuhnya pulih.
Secara keseluruhan, Presiden Yudhoyono menilai KTT APEC 2013 berhasil dan
sangat produktif.
6. Kepemimpinan Indonesia APEC 2013
Tonggak
kepemimpinan Indonesia di kawasan Asia Pasifik dimulai dengan menjadi tuan
rumah KTT APEC di Bogor 1994. Saat ini, Indonesia kembali dipercaya menjadi
Ketua dan sekaligus tuan rumah pertemuan puncak KTT APEC pada 7-9 Oktober 2013
di Bali. Kepemimpinan Indonesia pada pertemuan KTT APEC 1994 di Bogor pada saat
itu menghasilkan Bogor Goals yang bertujuan untuk menciptakan kawasan yang
lebih terbuka di bidang perdagangan dan investasi melalui pengurangan dan
penghapusan hambatan (barriers). Hal
ini untuk meningkatkan kelancaran aliran barang, jasa dan modal dalam kawasan
Asia Pasifik. Ditargetkan dalam Bogor-Goals hal ini tercapai diantara egara
maju pada 2010 dan egara berkembang pada 2020.
Tentunya,
kondisi dan tantangan kawasan Asia Pasifik sangat berbeda bila dibandingkan 20
tahun yang lalu. Kepemimpinan Indonesia dalam KTT APEC 2013 akan menghadapi
sejumlah tantangan terkait pemulihan ekonomi, menjaga pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja, kesenjangan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Menjadikan
kawasan Asia Pasifik berdaya tahan (resilient)
sekaligus sebagai motor pertumbuhan ekonomi dunia bukanlah hal yang sederhana.
Seperti kita ketahui, ekonomi dunia dalam 4-5 tahun terakhir mendapatkan
goncangan (shock) akibat krisis
Subprime-Mortgage di Amerika Serikat dan krisis utang di Eropa. Dua krisis ini
membuat banyak egara dan kawasan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Akibatnya, tekanan terhadap ekspor, investasi, perdagangan dan indeks
kepercayaan konsumen terjadi di banyak egara, termasuk egara-negara APEC.
Bila
pada 20 tahun yang lalu, pada KTT APEC 1994, kepemimpinan Indonesia mampu
menghasilkan deklarasi ‘Bali Goals’ untuk mengakselerasi
perdagangan dan investasi di Asia Pasifik, maka pada kali ini Kepemimpinan
Indonesia ditunggu oleh dunia untuk mampu menjadikan kawasan ini lebih berdaya
saing. Kunci dari hal ini adalah mewujudkan komitmen di setiap anggota APEC untuk
mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonominya masing-masing. Capacity-building menjadi egar kerjasama
dan kemitraan agar pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi dalam kawasan menjadi
lebih berimbang dan merata. Dengan semakin terintegrasinya ekonomi masing-masing
egara dan juga APEC dengan kawasan lainnya, maka kerjasama dan koordinasi
pengambil kebijakan menjadi keharusan.
Oleh
karenanya, menjelang pertemuan puncak di Bali pada bulan Oktober 2013,
serangkaian pertemuan tingkat Menteri dan Senior Officer Meeting (SOM) egara-negara
anggota APEC yang dilakukan di Jakarta, Medan, Surabaya dan Bali. Serangkaian
pertemuan persiapan ini membahas tema terkait dengan perdagangan, Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) dan isu-isu ekonomi-keuangan dunia dan kawasan Asia Pasifik. Semangat kolektif 21 negara anggota APEC
untuk mempercepat pemulihan ekonomi dunia menjadi modal untuk menjadikan
kawasan ini sebagai motor pertumbuhan ekononomi dunia. Perdagangan dan
investasi menjadi egar kerjasama kawasan dengan mengedepankan prinsip ‘open-dialogue’ dan ‘equal respect’ antar anggota. Keputusan yang diambil berdasarkan egarac
dan kesepakatan bersama tanpa paksaan menjadikan APEC sebagai forum koordinasi
kebijakan yang kuat di kawasan.
Arti
penting kawasan ini bagi perekonomian dunia sangatlah penting. Mengingat ke-21
negara APEC memiliki egara 40 persen populasi dunia, egara 55 persen PDB dunia
dan memiliki nilai perdagangan egara 44 persen perdagangan dunia. Semenjak KTT
APEC di Bogor, forum kerjasama ini telah mampu menurunkan rata-ratat egara dari
sebesar 16.9 persen pada 1989 menjadi 5.7 persen pada tahun 2011. Sementara itu
hambatan non-tarif juga dapat dikurangi secara substansial semenjak APEC
didirikan. Forum kerjasama APEC juga telah memperluas kerjasama dibidang lain
seperti penanganan terorisme, kelautan, egara, penyakit menular, perubahan
iklim, teknologi-inovasi dan isu-isu fundamental lainnya.
Keketuaan
Indonesia dalam forum ini juga akan menjembatani kepentingan egara-negara
dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia. Dalam keanggotaan APEC terdapat
sejumlah kekuatan ekonomi terbesar dunia yang tergabung dalam forum G-20
seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Rusia dan Korea Selatan. Pada tahun
2012, China dan Indonesia merupakan dua egara yang memiliki pertumbuhan ekonomi
tertinggi baik diantara egara-negara APEC maupun G20. Ketika Indonesia berperan
aktif memimpin penguatan ekonomi kawasan APEC berarti secara tidak langsung
Indonesia membantu penguatan ekonomi dunia. Begitu juga ketika kawasan APEC
meningkatkan perdagangan dan investasi maka spillover
terhadap ekonomi dunia akan sangat besar.
Keketuaan
Indonesia tidak hanya terfokus untuk membantu egara-negara maju di Asia Pasifik
saja. Prinsip pembangunan ekonomi yang lebih merata dan seimbang (equitable development) juga menjadi
pilar penting dalam APEC. Terlebih lagi setelah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menjadi Co-Chair penyusunan agenda Pembangunan Dunia Pasca MDGs 2015.
Semangat untuk membantu dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih merata dan
berkeadilan (fair) juga menjadi skala
prioritas. Negara-negara anggota APEC seperti Papua Nugini, Chili, Peru dan
Vietnam perlu peningkatan capacity
building dan technical assistance
untuk bisa maju bersama-sama. Perdagangan dunia tidak hanya ‘free’ tetapi juga perlu mengedepankan
prinsip ‘fair’.
Tentunya
menjadikan kawasan Asia Pasifik lebih kokoh sulit dilakukan tanpa adanya
peningkatan konektivitas (connectivity)
baik bersifat fisik maupun non-fisik. Konektivitas fisik dapat berupa
peningkatan sarana dan kualitas egara transportasi dan egarac kawasan.
Pelabuhan, bandara udara, moda transportasi, fasilitas bongkar muat dan
kualitas pelabuhan akan terus ditingkatkan. Selain itu juga, koordinasi
kebijakan (non physical connectivity),
penyederhanaan perijinan, egara IT dan basis data juga menjadi tema pembahasan
penting untuk mewujudkan kawasan yang berdaya saing.
Kepemimpinan
Indonesia dalam forum ini merupakan bentuk kepercayaan dunia dan kesempatan
bagi kita semua untuk menjalankan amanat konstitusi. Seperti yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 dimana dibentuknya egara Indonesia salah satunya
adalah untuk ‘..mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamain abadi dan keadilan negara..’. Oleh karenanya mari kita dukung dan
support keketuaan Indonesia dan tuan rumah dalam KTT APEC 2013 di Bali.
Keterlibatan aktif akademisi, praktisi, dunia usaha, LSM, media dan masyarakat
untuk menyukseskan KTT APEC 2013 akan menjadikan bangsa dan egara ini semakin
disegani dan semakin memainkan peranan penting dalam pembentukan peradaban dan
tatanan dunia yang lebih baik, adil dan merata.